Tradisisubak di Bali yang menyalurkan air untuk pertanian, sasi di Maluku dan Papua yang mencegah penangkapan ikan secara berlebihan (Salim, dalam Rohadi, 2007:35), zoning di Papua dan karuhun di tanah Sunda yang mengatur pengelolaan lahan/hutan, dan air (Hadi, 2009: 28-30), serta leuweung di tanah Sunda untuk

Jakarta, 29 Oktober 2022 – Kesan takjub tersirat dari wajah para delegasi G20 yang tengah mengunjungi Desa Jatiluwih, Tabanan, Bali, pada penghujung September 2022. Dalam kunjungan tersebut, rombongan diajak menyusuri hamparan sawah berpadi nan menguning. Pada kesempatan itu, mereka sekaligus diperkenalkan dengan pola irigasi khas Bali, yang dikenal dengan nama Subak. Adalah Wakil Menteri Pertanian Amerika Serikat Jewel H Bronough yang mengungkapkan kekagumannya terhadap Subak. Sistem irigasi tersebut dianggapnya mampu memberikan hasil yang lebih baik, dan terpenting mampu menekan efek pemanasan global. Tak heran jika kemudian dia pun berharap Subak dapat diadopsi di sebagian besar negara di dunia, guna menjaga kelestarian lingkungan dan alam. Sebagai kearifan lokal Indonesia tentang praktik pertanian berkelanjutan, dengan sistem climate smart agriculture CSA, yang menjadi upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, subak juga telah diakui dunia. Badan PBB untuk Pendidikan dan Kebudayaan UNESCO menetapkan sistem subak di Bali sebagai warisan budaya dunia WBD pada 2012. Di mana kawasan WBD itu berada di lima wilayah kabupaten yaitu Bangli, Gianyar, Tabanan, Buleleng, dan Badung. Luas kawasan itu berada lebih dari hektare dan Jatiluwih yang merupakan kawasan sawah berundak di kaki Gunung Batukaru, Kecamatan Penebel, Tabanan, kerap disebut ikon subak. Subak sendiri diketahui berpegang pada filosofi “Paras-paros sarpa naya selulung subayan taka”, yang memiliki arti saling memberi dan menerima/berat sama dipikul ringan sama dijinjing’ mengutamakan semangat gotong royong dalam pengelolaannya. Filosofi lain yang juga jadi pedoman subak adalah tri hita karana atau tiga penyebab kebahagiaan’ yaitu Tuhan, manusia, dan alamnya. Jadi sistem pengaturan irigasi Subak yang sudah dipraktikkan sejak abad XI itu senantiasa menempatkan jati diri masyarakat Bali yang mengutamakan harmonisasi antara Tuhan, manusia, dan alam. Dalam Perda Provinsi Bali nomor 9 tahun 2012 tentang Subak mendefinisikan bahwa sistem irigasi pertanian itu merupakan sebuah organisasi tradisional di bidang tata guna air dan/atau tata tanaman di tingkat usaha tani. Khusus, di masyarakat adat di Bali yang bersifat sosioagraris, religious, ekonomis, yang secara historis terus tumbuh dan berkembang. Biasanya, setiap subak memiliki lima pura yang dinamakan Pura Ulun Carik atau Pura Bedugul. Pura tersebut dibangun khusus oleh para petani yang diperuntukkan bagi Dewi Kemakmuran dan Kesuburan Dewi Sri. Begitulah yang ditulis dalam Jurnal Perhotelan dan Pariwisata Volume 7 Nomor 2, Juli—Desember 2017, yang ditulis I Nyoman Jamin Ariana, dkk. Jika umumnya subak hanya mengambil satu titik sumber air atau disebut one inlet system. Tapi berbeda halnya dengan subak Jatiluwih, yang menggunakan lebih dari satu sumber air untuk mengairi seluruh area persawahan yang terdiri dari beberapa tempek atau sub subak. Sumber air subak di Desa Jatiluwih berasal dari Danau Tamblingan yang merembes dari resapan Gunung Batukaru yang menimbulkan sumber air lain, yaitu Sungai Yeh Hoo, Yeh Bat, dan Yeh Pusut. Sumber air lain subak Jatiluwih juga ditemukan di setiap persawahan, seperti di Pura Bhet Gedong dan Pura Candi Kuning. Desa Jatiluwih berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut mdpl. Terletak di kaki Gunung Batukaru, yang merupakan gunung tertinggi kedua di Pulau Dewata, setelah Gunung Agung. Desa Jatiluwih berjarak sekitar 50 kilometer dari Kota Denpasar, atau memerlukan waktu tempuh sekitar 1,5 jam. Data Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan mencatat, luas areal persawahan berundak di Jatiluwih paling luas di seluruh Bali, yaitu lebih dari hektare. Subak Jatiluwih terdiri dari tujuh subsubak/tempek dengan dua karakteristik, yaitu subak basah dan subak kering. Subak basah dapat dijumpai di subsubak/tempek Besi Kalung, Gunungsari, Kedamean, Kesambi, Uma Kayu, Uma Duwi, dan Telabah Gede. Sementara subak kering terdapat pada subak Abian Jatiluwih dan subak Abian Gunungsari. Ada pula subsubak/tempek yang memiliki dua karakteristik sekaligus, yaitu, tempek subak Kesambi dan Gunungsari. Dari karakteristik itulah subak Jatiluwih menerapkan sistem tanam berdasarkan musim yang disebut dengan “kerta masa.” Sistem ini menggunakan pola tanam sejajar dengan pola pengairan berundak atau terasiring. Pada subak basah, petani menanam padi secara bergiliran. Januari menanam padi beras merah dan dipanen pada Juni. Sedangkan pada Juli hingga November, petani akan menanam dan memanen padi beras putih. Beras merah ini menjadi ciri khas produksi pertanian subak Jatiluwih. Keselarasan dengan Alam Keselarasan dengan alam juga ditemukan dalam mitos yang masih dipercaya masyarakat Desa Jatiluwih. Dalam hal aturan subak, masyarakat dilarang membajak sawah pada hari-hari keagamaan, seperti saat purnama dan tilem rainan/hari suci menurut keyakinan umat Hindu Bali. Masyarakat juga dilarang membajak sawah pada Hari Raya Galungan dan Kuningan, Hari Raya Nyepi, termasuk hari lahir pemilik subak hari otonan. Pada saat proses panen, masyarakat juga memercayai larangan bagi suami istri untuk menunggu hasil panen secara bersama-sama. Bagi pemilik subak, mereka dilarang memulai penanaman benih padi sebelum tempek Telabah Gede. Masyarakat meyakini, jika hal itu dilanggar akan mengakibatkan gagal panen. Panorama persawahan berundak atau terasiring di Desa Jatiluwih telah diakui badan PBB UNESCO sebagai warisan budaya pada 2012. Pengakuan ini menjadi hadiah bagi masyarakat Desa Jatiluwih atas kebajikan darma yang sudah dilakukan sejak 1993 dengan menetapkan area persawahan subak sebagai desa wisata. Jauh sebelum itu, tepatnya Agustus 1975, pakar adat dan agama kanwil Departemen Agama Provinsi Bali I Gusti Ketut Kaler mencetuskan gagasan untuk melestarikan lembaga adat subak sebagai warisan luhur bangsa. Dari catatan di museum Subak diperoleh informasi bahwa sistem pengaturan irigasi pada masyarakat Bali itu dilakukan para petani yang tergabung dalam lembaga tradisional subak. Kemudian dalam perkembangannya, subak berperan dalam meningkatkan produksi pangan dan pelestarian lingkungan, termasuk sumber air. Penyuluh Pertanian Ahli Pertama I Gede Vibhuti Kumarananda dalam Asal Mula Sistem Subak di Bali menyebutkan, kegiatan pertanian sudah ada di Bali sekitar 882 M. Ini ditandai dengan kata huma’ dalam prasasti tertua di Bali, yaitu Prasasti Sukawana A1Purwita, 1993, yang menunjukkan bahwa sistem irigasi di Bali sudah diterapkan oleh petani sejak lebih dari seribu tahun silam. Jika mengacu pada Prasasti Pandak Badung tahun 1071 M kata subak’ muncul lewat kata “Kasuwakan” yang kemudian menjadi “Kasubakan”. Pada Prasasti Klungkung tahun 1072 M nama subak’ disebut di dalamnya, yaitu Subak Rawas’. Kata “Kasuwakan” yang berarti daerah subak juga ditemukan pada beberapa prasasti lain, Prasasti Trunyan 881 M, Prasasti Sukawana 882 M, Prasasti Bebetin A 896 M, Prasasti Buwahan, Timpag, dan Bugbug. Kata Subak juga ditemukan dalam naskah lontar Bali Kawit Babad Hindu Wenten Ring Bali, yaitu Sang mikukuhang sawah kewastanin subak, sang mikukuhang toya kewastanin pekaseh, ika mawenang mangepah toya punika’. Artinya kurang lebih begini, Orang yang aktif menggarap sawah disebut anggota subak, yang mengatur pembagian air disebut pekaseh, semuanya bertanggung jawab atas pembagian air di antara anggota subak’. Kearifan lokal subak yang mengusung konsep keberlanjutan sejalan dengan sistem climate smart agriculture CSA, sebagai upaya menghadapi perubahan iklim. Perubahan curah hujan dan kenaikan suhu udara yang juga berdampak di sektor pertanian, selain mengubah jadwal tanam, juga mengakibatkan produksi pertanian menurun. Di sinilah strategi adaptasi dan mitigasi menjadi upaya mengurangi emisi gas rumah kaca. Salah satunya, melalui pengembangan teknologi pengelolaan air yang serasi dengan nilai-nilai kearifan lokal. *** Narahubung Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo – Usman Kansong 0816785320. Dapatkan informasi lainnya di Terkait

Subakmerupakan salah satu asset kelembagaan tradisional yang telah terbukti efektivitasnya dalam menyangga pembangunan pertanian dan pedesaan di Bali, khususnya dalam bidang irigasi. Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. JAKARTA – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyiapkan sejumlah strategi untuk mengakselerasi pemulihan pariwisata di Bali."Pemerintah akan terus mendorong akselerasi pemulihan ekonomi. Namun kita harus pastikan bahwa angka penularan Covid-19 bisa terkendali dengan baik. PPKM skala mikro menunjukkan hasil awal yang cukup baik oleh karena itu kita akan terus tekan sehingga tidak ada kenaikan kasus," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, dikutip dari keterangan resminya, Minggu 11/4/2021.Sebagai upaya pemulihan, dia mengatakan Pemerintah Provinsi Bali sudah mengajukan dana pinjaman lunak untuk pemulihan ekonomi di Bali terutama di sektor pariwisata mencapai Rp9,4 triliun."Saat ini soft loan sedang digodok dan dibahas di lintas k/l. Kita harapkan bisa mendapat titik terang dalam waktu dekat,” jelasnya. Selain itu para pelaku parekraf diakuinya membutuhkan restrukturisasi. Karena begitu Bali dibuka kembali pada Juni-Juli 2021, usaha-usaha tersebut dari segi supply site membutuhkan dana untuk beroperasi kembali terutama terkait dana bantuan baik dana restrukturisasi atau pinjaman itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan pemerintah terus berupaya mencari solusi untuk mendorong mobilitas dan konsumsi tanpa menyebabkan dampak pandemi Covid-19 semakin JugaPariwisata Bali Akan Dibuka Buat Wisman, Ini Kata Menparekraf Mudik Ditiadakan, Menparekraf Destinasi Wisata akan Penuh Di sisi lain, sektor industri termasuk pariwisata sudah lebih dari 1 tahun mengalami kontraksi yang cukup dalam."Saya menyadari, Bali adalah salah satu provinsi yang paling dalam pengaruhnya akibat pandemi ini. Jadi sesudah kita mendengar berbagai aspirasi dari pelaku usaha hotel, restoran, cafe, horeca, ini salah satu yang paling dahsyat terkena dari Covid-19. Hibah pariwisata 2020 se-provinsi Bali, di sini alokasinya Rp3,3 triliun untuk 101 daerah seluruh daerah. Untuk Bali sendiri Rp1,18 triliun untuk 9 kabupaten/kota," Mulyani menjelaskan bahwa pihaknya akan menggunakan instrumen Dana Alokasi Khusus DAK untuk mendukung sektor pariwisata agar segera bangkit dan pulih khususnya di Mulyani mengatakan pemerintah sudah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan PMK Nomor 32/ terkait skema penjaminan kredit modal aturan ini, pemerintah melonggarkan jaminan kredit untuk pelaku usaha yang mempekerjakan minimal 50 karyawan, dari batas sebelumnya minimal 300 karyawan."Jumlah pinjamannya pun diturunkan, lama pinjamannya diperpanjang menjadi 3 tahun, dan ini semua dikaitkan terutama banyak perusahaan di bidang hotel, akomodasi, restoran yang terkena dampak yang cukup besar," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Editor Amanda Kusumawardhani Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam
42.1 Arah kebijakan pembangunan Desa Melinggih Kelod. Untuk mencapai visi dan misi di atas, arah kebijakan pembangunan di Desa Melinggih Kelod ditujukan untuk meningkatan pemabnagunan di sektor pertanian dan sektor industri pariwisata. Kebijakan ini diambil setelah mempertimabngkan secara seksama mengenai potensi dan masalah desa, Karakter dan
Indonesia dan khususnya masyarakat Bali sudah sangat sepantasnya bangga karena UNESCO telah mengumumkan bahwa subak menjadi salah satu warisan dunia sejak 2012. Sebagai suatu tantangan ke depan adalah menjaga kelestarian subak tersebut karena adanya berbagai masalah seperti alih fungsi lahan. Di Bali, budaya subak sangat identik dengan budaya pertanian di lahan sawah. Oleh karena itu, sudah seharusnya dilestarikan dalam artian dipertahankan dan dikembangkan sehingga dapat terwujud sustainable subak. Pelestarian budaya ini tidak semata-mata dilakukan aspek budayanya saja tetapi melalui berbagai aspek lainnya seperti ekonomis, politik, sosial, hukum, dan pendidikan. Secara ekonomis, subak-subak di masa mendatang memerlukan upaya pemberdayaan partisipatif untuk melakukan kegiatan yang berorientasi agribisnis yang berlandaskan budaya. Para petani yang tergabung dalam subak diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatannya melaui usahatani di lahan sawah. Peningkatan tersebut dapat menjadi salah satu insentif bagi petani untuk tetap bertahan mengelola lahan sawahnya, sehingga alih fungsi lahan sawah dapat dikendalikan. Selain itu, pendekatan politik juga perlu dilakukan untuk melestarikan subak seperti membuat kebijakan pertanian dan kebijakan non-pertanian yang mendukung kebijakan pertanian. Misalnya pemerintah harus membuat kebijakan mengenai kawasan terbuka hijau, irigasi, kredit, harga, perdagangan, pajak dan lain sebagainya. Memperkuat subak dalam aspek ekonomis dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan ekonomi, khususnya di perdesaan. Produk-produk pertanian seperti padi dan palawija agar dapat didorong untuk memiliki nilai tambah melalui peningkatan kegiatan di hilir atau aktivitas pasca-panen. Pengolahan dan pemasaran produk-produk pertanian yang dihasilkan oleh petani anggota subak agar memberikan keuntungan bagi mereka. Pemerintah dan pengusaha pertanian agar memberikan jaminan adanya harga yang layak terhadap produk pertanian. Oleh karena itu, petani untung akan menjadikan subak tetap lestari dan selanjutnya pembangunan berjalan secara baik. Petronela Asri Mado Mahasiswa Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian dan Bisnis Dwijendra UniversityBerita Ini Pernah Tgerbit pada laman jatidiri bangsa, dan juga bagi proses regenerasi bangsa. Untuk itu, Indonesia harus memperhitungkan seluruh aspek keberagaman upaya pembangunan bangsa 1 Geography, Indonesia Table of Contents, dalam, diakses pada 7 Maret 2018 2 Karena terdiri atas berbagai suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah, serta agama yang berbeda-beda.

› Generasi muda berperan penting dalam pelestarian subak, yang menjadi warisan budaya dunia di Bali. Subak juga terancam minimnya perhatian dan minat kalangan usia muda terjun ke pertanian. OlehCOKORDA YUDISTIRA M PUTRA 4 menit baca KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa berdiri, kanan meninjau aktivitas generasi muda di Jero Tumbuk, Desa Selat, Kecamatan Selat, Karangasem, saat menghadiri acara penutupan Bali International Field School for Subak BIFSS atau Sekolah Lapangan Internasional tentang Pelestarian Subak di Bali, Senin 13/12/2012. Turut mendampingi, di antaranya, Kepala BIFSS 2021, yang juga Ketua Dewan Pimpinan Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia BPPI, Catrini Pratihari Kubontubuh berdiri, tengah.KARANGASEM, KOMPAS — Generasi muda berperan penting dalam melestarikan dan mengembangkan subak sebagai warisan budaya dan tradisi yang sarat nilai kearifan lokal. Selain derasnya alih fungsi lahan dan persaingan pasokan air, keberadaan subak sebagai sistem tata kelola irigasi tradisional di Bali semakin terancam karena minimnya perhatian dan minat kalangan muda terjun ke sektor pertanian, termasuk subak, juga sekretaris tim penyusunan proposal warisan budaya dunia WBD subak, I Wayan Windia, mengatakan, eksistensi subak di Bali mengalami tekanan dan ancaman dari berbagai sisi. Subak sebagai warisan budaya yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-11 Masehi tergerus jumlah dan luas lahannya. ”Subak termarjinalisasi. Lahan sawah banyak dialihfungsikan akibat hegemoni kapitalisme,” kata Windia, yang juga Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik Wira Bhakti Denpasar ketika ditemui di Selat, Karangasem, Bali, Senin 13/12/2021.Senada Windia, Rektor Universitas Dwijendra Denpasar I Gede Sedana, mengatakan, subak di Bali menghadapi tantangan yang kompleks. Regenerasi petani minim, sementara petani krama warga subak menua, pasokan air yang terbatas, dan derasnya alih fungsi lahan sawah menjadi persoalan selain masih adanya pelabelan petani miskin. Sedikit generasi usia muda yang memperhatikan pertanian. ”Pertanian perlu dibantu, dilindungi, dan diperbaiki sehingga petani makmur,” kata Sedana di Karangasem, Senin 13/12/2021.Baca juga ”Kartu Kuning” Warisan Dunia di IndonesiaKOMPAS/COKORDA YUDISTIRA Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa menyerahkan sertifikat kepada perwakilan peserta Bali International Field School for Subak BIFSS atau Sekolah Lapangan Internasional tentang Pelestarian Subak di Bali dalam acara penutupan BIFSS di Jero Tumbuk, Desa Selat, Kecamatan Selat, Karangasem, Senin 13/12/2012. Kepala BIFSS 2021, yang juga Ketua Dewan Pimpinan Ketua Dewan Pimpinan Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia BPPI, Catrini Pratihari Kubontubuh kiri mendampingi Artha pakar subak itu ditemui dalam acara penutupan Bali International Field School for Subak BIFSS atau Sekolah Lapangan Internasional tentang Pelestarian Subak di Bali yang dilangsungkan di Desa Selat, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, merupakan kegiatan sekolah lapangan yang diinisiasi dan difasilitasi Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia BPPI dan diselenggarakan bersama Yayasan Bali Kuna Santi dan Yayasan Arsari dalam upaya pelestarian pusaka budaya dunia, termasuk juga Polandia Bantu Budidaya Sistem Akuaponik di BaliBIFSS tahun ketujuh yang diselenggarakan sejak Sabtu 11/12/2021 sampai Senin 13/12/2021 diikuti 15 peserta secara langsung di luar jaringan/luring dan sejumlah peserta dari kalangan akademisi yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri, termasuk dari Jepang. Adapun ke-15 peserta secara luring itu tidak hanya dari Bali, namun juga dari luar daerah perlu dibantu, dilindungi, dan diperbaiki sehingga petani makmur SedanaDari siaran pers BPPI, Direktur Eksekutif BPPI M Hasbiansyah Zulfahri menyebutkan, BIFSS 2021 bertemakan “The Role of Youth in Building Sustainable and Resilient Subak”, atau peran generasi muda dalam kelestarian dan ketahanan subak, dan bertujuan menjadi wadah dan kesempatan bagi generasi muda untuk menjawab tantangan yang dihadapi YUDISTIRA Aktivitas petani di Desa Selat, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Bali, ketika didokumentasikan pada Senin 13/12/2021. Sistem tata kelola pertanian irigasi tradisional di Bali dikenal sebagai juga Subak dan Petani Mendesak DiselamatkanSementara itu, dalam konferensi pers secara virtual mengenai kajian pendahuluan tentang residu pestisida pada sayuran segar di Denpasar, Senin 13/12, pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI Sudaryatmo menyebutkan, kurangnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian juga dipengaruhi masih timpangnya pendapatan petani yang mempengaruhi kesejahteraan petani. “Secara eksisting, usia petani di Indonesia banyak di atas 40 tahun,” kata Sudaryatmo secara duniaAdapun subak di Bali diakui sebagai warisan budaya dunia WBD dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa UNESCO sejak 2012. Secara fisik, subak adalah sistem irigasi pengairan sawah di Bali. Subak juga mengandung sistem budaya dan adat yang mencerminkan filosofi Tri Hita Karana atau hubungan selaras dan harmonis tiga sumber pokok kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat YUDISTIRA Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa berdiri memberikan sambutan dalam acara penutupan Bali International Field School for Subak BIFSS atau Sekolah Lapangan Internasional tentang Pelestarian Subak di Bali dalam acara penutupan BIFSS di Jero Tumbuk, Desa Selat, Kecamatan Selat, Karangasem, Senin 13/12/2012. Dalam acara penutupan BIFSS 2021 di Karangasem, Senin 13/12/2021, Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa menyatakan, subak mencerminkan nilai kearifan lokal Bali. Artha Dipa mengakui, keberadaan subak mengalami keterancaman, di antaranya terjadinya alih fungsi lahan sawah, ancaman gagal panen akibat serangan hama ataupun bencana alam, dan minimnya regenerasi juga Keberadaan Subak Bali Harus Dipertahankan”Peran aktif dari generasi muda diperlukan demi mempertahankan subak,” kata Artha Dipa ketika memberikan pidato sambutannya dalam acara penutupan BIFSS 2021.”Saya menyambut baik kegiatan Bali International Field School for Subak di Karangasem. Kegiatan ini akan memberi pengalaman baru dan pengenalan terhadap subak,” Kepala BIFSS 2021, yang juga Ketua Dewan Pimpinan BPPI, Catrini Pratihari Kubontubuh, BIFSS yang diinisasi mulai 2015 diadakan dengan tujuan memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai subak. Peserta dikenalkan dengan subak melalui pemaparan para ahli dan pengalaman langsung di lapangan sehingga memahami konsep subak sebagai manifestasi nilai Tri Hita lanjut, Artha Dipa menyatakan subak penting dilestarikan. Selain karena mengandung nilai budaya, tradisi, dan adat, subak juga penting demi menjamin ketahanan pangan karena pertanian merupakan sumber produksi pangan. ”Ke depannya, subak memerlukan pengembangan teknologi, tetapi tanpa menghilangkan roh subak sebagai kearifan lokal Bali,” Sri Kumoro Petani beraktivitas di sawah berundak dengan sitem pengairan subak di Tegalalang, Ubud, Bali.

BAHANAJAR BUDAYA NUSANTARA II. PROGRAM DIPLOMA III KEUANGAN. SPESIALISASI KEBENDAHARAAN NEGARA. WORO ARYANDINI DAN TIM. SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA. TAHUN 2011. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas berkah-. Nya sehingga buku Bahan Ajar Jilid II ini dapat diterbitkan. Denpasar - Pemerintah Provinsi Bali mengeluarkan kebijakan membatasi pertemuan yang melibatkan orang banyak. Kebijakan itu diambil setelah satu orang turis meninggal lantaran positif terjangkit Virus Corona. Kebijakan tersebut merupakan salah satu poin yang dihasilkan pada Rapat Koordinasi Rakor Satuan Tugas Satgas Penanggulangan Corona Virus Desease COVID-19 di Provinsi Bali. Satgas yang diketuai Sekda Pemprov Bali Dewa Made Indra itu menggelar rapat koordinasi terkait upaya penanggulangan penyakit yang telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh organisasi kesehatan dunia WHO itu. Rakor yang dilaksanakan di Ruang Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur Bali melibatkan unsur kesehatan, pariwisata, keamanan dan pendidikan. Dalam arahannya, Ketua Satgas COVID-19, Dewa Made Indra meminta jajaran pemerintahan dan aparat keamanan tetap tenang, tak ikut panik dan takut berlebihan. Pariwisata Bali Terancam Ambruk Gara-Gara Virus Corona Stok Masker Langka, Polda Bali Gelar Razia 1 Turis di Bali Positif Corona Meninggal Dunia, 21 Orang Diisolasi "Karena dalam ketenangan, kita dapat bertindak tepat dan rasional," kata Dewa Made Indra, Sabtu 14/3/2020. Selain itu, ia menjelaskan jika satgas diharapkan dapat mengambil langkah yang cepat, terukur dan terkendali dalam penanganan Virus Corona. "Dalam melaksanakan tugas, satgas harus mematuhi protokol yang telah ditetapkan pemerintah yang meliputi lima hal yaitu protokol komunikasi, area pendidikan, area publik dan transportasi, khususnya pintu masuk Indonesia dan protokol kesehatan. Seluruhnya harus bekerja mengacu pada protokol yang ditentukan pusat," pesannya. Sebagai Ketua Satgas COVID-19, Dewa Made Indra menekankan lima hal penting terkait penanganan Virus Corona di Provinsi Bali. Pertama memastikan peningkatan kapasitas penanganan penyakit, khususnya di fasilitas kesehatan, dalam hal ini rumah sakit. "Pastikan fasilitas kesehatan mempunyai kapasitas yang memadai untuk mengantisipasi peningkatan eskalasi penyebaran COVID-19. Pastikan juga memiliki kapasitas ruang isolasi dalam jumlah mencukupi dan standar yang memadai," kata dia. 3) Strategi untuk pengendalian implementasi rencana Pembangunan DPN dan KSPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c dilakukan melalui peningkatan koordinasi antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, pelaku usaha dan masyarakat. DENPASAR - Beras adalah pangan utama bagi penduduk Indonesia, sehingga petani seharusnya memiliki bargaining power dalam pembentukan harga beras. Petani, baik padi atau sawah, merupakan way of life bagi masyarakat Indonesia, dan masyarakat Bali pada khususnya. Subak Pulagan, Desa Tampaksiring Kabupaten Gianyar, sebagai salah satu komponen dari lanskap subak yang ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia WBA. Demikian presentasi promopenda Ni Nyoman Reni Suasih SIP MSi saat menjalani ujian terbuka Program Doktor S3, Program Studi Ilmu Ekonomi, Universitas Udayana di Gedung Lantai III Pascasarjana Universitas Udayana, di Denpasar, Rabu 28/9/2016, yang didampingi promotor Prof Dr Drs Made Kembar Sri Budhi MP dan ko-promotor I, Dr I Nyoman Mahendra Yasa SE MSi dan ko-Promotor II, Dr Ida Ayu Nyoman Saskara SE MSi saat mempresentasikan desertasi yang berjudul Analisis Determinan Kesejahteraan Petani Studi Kasus di Subak Pulagan Desa Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Penelitian ini bertujuan selain untuk syarat program studi S-3, juga mengangkat tentang melestarikan subak sebagai warisan budaya dan kearifan lokal dan bagaimana peran pemerintah, baik swasta maupun daerah, bersama-sama menjaga kearifan lokal yang ada di Gianyar, apalagi subak Pulagan yang sudah dinobatkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Salah satu upaya adalah menjaga segala struktur kearifan lokal dari sinergi inovasi dan teknologi, sehingga kearifan lokal tetap terjaga secara utuh. Ni Nyoman Reni Suasih mengawali karirnya dari pendidikan S1 Jurusan Manajemen Keuangan Daerah, Institut Pemerintahan Dalam Negeri IPDN angkatan 2006-2009 berlanjut ke S2 Magister Ilmu Ekonomi, Universitas Udayana angkatan 2010-2012 dan kini Nyoman Reni Suasih sudah menyelesaikan program studi S3 dengan predikat cumlaude yang dinyatakan langsung oleh ketua Ujian Terbuka Program Pascasarjana Prof Dr Drs Made Kembar Sri Budhi MP. Dengan dinobatkan sebagai lulusan terbaik program Doktor S3 Universitas Udayana, Sekretaris Daerah Gianyar, Drs Ida Bagus Gaga Adisaputra MSi berharap agar Reni mampu mengemban tugas dan mampu memanfaatkan gelarnya sebagai Doktor dan mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat sehingga kearifan lokal tetap terjaga, khususnya subak Pulagan di Daerah Gianyar yang sudah dinobatkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO. Selain itu, Reni yang sudah menyandang gelar Doktor juga berharap peran pemerintah dan masyarakat, khususnya petani, agar mampu bersinergi untuk membangun pertanian secara berkelanjutan, dan perlu adanya komunikasi secara efektif dari pemerintah daerah maupun pusat, agar tetap memperhatikan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal. Sehingga kearifan lokal tidak punah dan sebaiknya peran teknologi dan inovasi yang ditawarkan kepada petani di suatu wilayah agar disesuaikan dengan suatu wilayah dan harus diperlukan sinergisitas dengan kearifan lokal yang disesuaikan dengan budaya di suatu daerah. "Modernisasi tidak bisa berjalan sendiri tanpa adanya kearifan lokal yang merupakan napas dari masyarakat Bali sendiri. Jadi sinergisitas antara teknologi yang inovatif harus disesuaikan dengan kearifan lokal yang ada di masing-masing daerah, khususnya Bali sebagai daerah pariwisata, sehingga kearifan lokal, khususnya subak, bisa bertahan di zaman modernisasi," ujar Dr Ni Nyoman Reni Suasih, SIP MSi usai persidangan. * Info ter-UPDATE tentang BALI, dapat Anda pantau melalui Like fanpage >>> Follow >>>
6 Kerja sama merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Semangat kerja sama dalam kehidupan dimasyarakat terwujud dalam kegiatan gotong royong yang sesuai dengan kehidupan budaya daerah. Jelaskan pengertian gotong royong dan contoh istilah-istilah gotong royong pada beberapa daerah! Jawaban:
› Utama›Subak dan Petani Mendesak... OlehAloysius Budi Kurniawan 3 menit baca KOMPAS/HERU SRI KUMORO Petani beraktivitas di sawahnya yang berundak dengan sitem pengairan subak di Tegalalang, Ubud, Bali. Subak merupakan tradisi asli dari budaya masyarakat KOMPAS — Sejak 2012, UNESCO telah menetapkan subak sebagai situs warisan dunia. Namun demikian, kelestarian lahan persawahan berbasis filosofi tri hita karana itu makin terancam akibat alih fungsi fungsi lahan di Provinsi Bali tak bisa dielakkan karena para petani mengalami dilema antara tetap melestarikan subak dan desakan memenuhi kebutuan ekonomi sehari-hari. “Begitu sudah ditetapkan sebagai warisan dunia, seluruh masyarakat pemilik lahan dan pemerintah daerah setempat semestinya taat untuk menjaga kawasan subak yang ada. Pemda setempat harus bersedia menyediakan APBD untuk pelestarian,” ucap Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nadjamuddin Ramly, Senin 8/4/2019, di yang diakui UNESCO seluas hektar dengan kawasan penunjangnya mencapai hektar, meliputi 17 subak di mana 14 di antaranya berada di Kabupaten Tabanan dan 3 lainnya di Kabupaten Gianyar. Di Bali, secara keseluruhan masih ada subak dengan total luas mencapai sisa lahan pertanian bersistem subak yang tinggal di kisaran hektar tersebut, setiap tahun rata-rata ada 750 hektar area sawah yang beralih fungsi. Jika upaya pelestarian tak dilakukan, maka luas kawasan subak terus-menerus menyusut dan pengakuan subak sebagai warisan dunia terancam dicabut oleh sisa lahan pertanian bersistem subak yang tinggal di kisaran hektar tersebut, setiap tahun rata-rata ada 750 hektar area sawah yang beralih Tempat persembahan sesaji terlihat di kawasan Subak Pulagan, Kelurahan Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Bali, Kamis 22/9. Subak Pulagan merupakan salah satu subak yang diakui UNESCO sebagai situs warisan kebutuhan Salah satu ketua subak di Bali mengungkapkan, kebanyakan lahan persawahan di Tabanan berkurang karena pembangunan. “Kami rakyat kecil ingin sesuai aturan tetapi akhirnya mentah’ di tengah jalan karena terdesak kebutuhan,” tahun terakhir, para petani di Tabanan memang telah menerima insentif dari Pemkab Tabanan berupa keringanan pajak. Namun demikian, insentif tersebut tidak banyak membantu kebutuhan ekonomi para perekonomian petani berbanding terbalik dengan tingginya tingkat kunjungan wisatawan ke Bali. Tahun 2014, kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke kawasan subak Jatiluwih, Tabanan mencapai dia, dilihat dari tingginya kunjungan wisatawan, semestinya para petani subak mendapatkan insentif dari penjualan tiket untuk menunjang kesejahteraan subak. “Kalau dapat 40 persen atau 45 persen dari dana tiket yang masuk, kami mungkin bisa bernafas,” dari tingginya kunjungan wisatawan, semestinya para petani subak mendapatkan insentif dari penjualan tiket untuk menunjang kesejahteraan Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana, Bali, Prof I Wayan Windia mengatakan, subak hanya bisa dilestarikan apabila petani sejahtera. Karena itu, seperti harapan UNESCO, semestinya kesejahteraan para petani subak diperhatikan.“Insentif yang harus diberikan kepada para petani subak, antara lain bebaskan mereka dari pajak bumi dan bangunan 100 persen, mereka juga harus dididik berkoperasi dan mengembangkan industri pengolahan kelas rumah tangga, dijamin irigasinya, dan dipastikan agar harga produksi mereka dibeli lebih tinggi di atas harga pasar. Saya mengusulkan harga gabah petani dibeli pemerintah lebih tinggi Rp 200 per kilogram di atas harga pasar,” kata di situs warisan duniaUntuk memfasilitas kunjungan wisatawan ke Jatiluwih, pengelola Daerah Tujuan Wisata Jatiluwih bekerja sama dengan salah satu operator transportasi udara di Bali membangun helipad di tengah sawah di dalam kawasan situs warisan dunia subak Jatiluwih. Mendengar laporan pembangunan helipad ini, Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid kemudian mengirimkan surat desakan kepada Pemkab Tabanan untuk segera menghentikan pengoperasian helipad menambahkan, keberadaan helipad di tengah-tengah persawahan merusak tanaman padi dan lahan sawah pada saat ada helikopter mendarat. Selain itu, pembangunan helipad juga menggunakan lahan sawah di kawasan warisan dunia yang seharusnya diatur terlebih dulu pemanfaatannya dalam perencanaan detail kawasan.“Detail perencanaan kawasan ini yang selama ini belum ada. Seharusnya semua pembangunan di sana harus ditunda terlebih dulu sebelum disepakati perencanaan detail kawasan oleh semua pemangku kepentingan,” kata Windia.
iNrapo.
  • v1poya4yka.pages.dev/54
  • v1poya4yka.pages.dev/22
  • v1poya4yka.pages.dev/4
  • v1poya4yka.pages.dev/362
  • v1poya4yka.pages.dev/262
  • v1poya4yka.pages.dev/310
  • v1poya4yka.pages.dev/38
  • v1poya4yka.pages.dev/136
  • v1poya4yka.pages.dev/59
  • jelaskan mengenai upaya pemerintah daerah bali untuk melestarikan subak