› Generasi muda berperan penting dalam pelestarian subak, yang menjadi warisan budaya dunia di Bali. Subak juga terancam minimnya perhatian dan minat kalangan usia muda terjun ke pertanian. OlehCOKORDA YUDISTIRA M PUTRA 4 menit baca KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa berdiri, kanan meninjau aktivitas generasi muda di Jero Tumbuk, Desa Selat, Kecamatan Selat, Karangasem, saat menghadiri acara penutupan Bali International Field School for Subak BIFSS atau Sekolah Lapangan Internasional tentang Pelestarian Subak di Bali, Senin 13/12/2012. Turut mendampingi, di antaranya, Kepala BIFSS 2021, yang juga Ketua Dewan Pimpinan Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia BPPI, Catrini Pratihari Kubontubuh berdiri, tengah.KARANGASEM, KOMPAS — Generasi muda berperan penting dalam melestarikan dan mengembangkan subak sebagai warisan budaya dan tradisi yang sarat nilai kearifan lokal. Selain derasnya alih fungsi lahan dan persaingan pasokan air, keberadaan subak sebagai sistem tata kelola irigasi tradisional di Bali semakin terancam karena minimnya perhatian dan minat kalangan muda terjun ke sektor pertanian, termasuk subak, juga sekretaris tim penyusunan proposal warisan budaya dunia WBD subak, I Wayan Windia, mengatakan, eksistensi subak di Bali mengalami tekanan dan ancaman dari berbagai sisi. Subak sebagai warisan budaya yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-11 Masehi tergerus jumlah dan luas lahannya. ”Subak termarjinalisasi. Lahan sawah banyak dialihfungsikan akibat hegemoni kapitalisme,” kata Windia, yang juga Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik Wira Bhakti Denpasar ketika ditemui di Selat, Karangasem, Bali, Senin 13/12/2021.Senada Windia, Rektor Universitas Dwijendra Denpasar I Gede Sedana, mengatakan, subak di Bali menghadapi tantangan yang kompleks. Regenerasi petani minim, sementara petani krama warga subak menua, pasokan air yang terbatas, dan derasnya alih fungsi lahan sawah menjadi persoalan selain masih adanya pelabelan petani miskin. Sedikit generasi usia muda yang memperhatikan pertanian. ”Pertanian perlu dibantu, dilindungi, dan diperbaiki sehingga petani makmur,” kata Sedana di Karangasem, Senin 13/12/2021.Baca juga ”Kartu Kuning” Warisan Dunia di IndonesiaKOMPAS/COKORDA YUDISTIRA Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa menyerahkan sertifikat kepada perwakilan peserta Bali International Field School for Subak BIFSS atau Sekolah Lapangan Internasional tentang Pelestarian Subak di Bali dalam acara penutupan BIFSS di Jero Tumbuk, Desa Selat, Kecamatan Selat, Karangasem, Senin 13/12/2012. Kepala BIFSS 2021, yang juga Ketua Dewan Pimpinan Ketua Dewan Pimpinan Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia BPPI, Catrini Pratihari Kubontubuh kiri mendampingi Artha pakar subak itu ditemui dalam acara penutupan Bali International Field School for Subak BIFSS atau Sekolah Lapangan Internasional tentang Pelestarian Subak di Bali yang dilangsungkan di Desa Selat, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, merupakan kegiatan sekolah lapangan yang diinisiasi dan difasilitasi Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia BPPI dan diselenggarakan bersama Yayasan Bali Kuna Santi dan Yayasan Arsari dalam upaya pelestarian pusaka budaya dunia, termasuk juga Polandia Bantu Budidaya Sistem Akuaponik di BaliBIFSS tahun ketujuh yang diselenggarakan sejak Sabtu 11/12/2021 sampai Senin 13/12/2021 diikuti 15 peserta secara langsung di luar jaringan/luring dan sejumlah peserta dari kalangan akademisi yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri, termasuk dari Jepang. Adapun ke-15 peserta secara luring itu tidak hanya dari Bali, namun juga dari luar daerah perlu dibantu, dilindungi, dan diperbaiki sehingga petani makmur SedanaDari siaran pers BPPI, Direktur Eksekutif BPPI M Hasbiansyah Zulfahri menyebutkan, BIFSS 2021 bertemakan “The Role of Youth in Building Sustainable and Resilient Subak”, atau peran generasi muda dalam kelestarian dan ketahanan subak, dan bertujuan menjadi wadah dan kesempatan bagi generasi muda untuk menjawab tantangan yang dihadapi YUDISTIRA Aktivitas petani di Desa Selat, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Bali, ketika didokumentasikan pada Senin 13/12/2021. Sistem tata kelola pertanian irigasi tradisional di Bali dikenal sebagai juga Subak dan Petani Mendesak DiselamatkanSementara itu, dalam konferensi pers secara virtual mengenai kajian pendahuluan tentang residu pestisida pada sayuran segar di Denpasar, Senin 13/12, pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI Sudaryatmo menyebutkan, kurangnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian juga dipengaruhi masih timpangnya pendapatan petani yang mempengaruhi kesejahteraan petani. “Secara eksisting, usia petani di Indonesia banyak di atas 40 tahun,” kata Sudaryatmo secara duniaAdapun subak di Bali diakui sebagai warisan budaya dunia WBD dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa UNESCO sejak 2012. Secara fisik, subak adalah sistem irigasi pengairan sawah di Bali. Subak juga mengandung sistem budaya dan adat yang mencerminkan filosofi Tri Hita Karana atau hubungan selaras dan harmonis tiga sumber pokok kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat YUDISTIRA Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa berdiri memberikan sambutan dalam acara penutupan Bali International Field School for Subak BIFSS atau Sekolah Lapangan Internasional tentang Pelestarian Subak di Bali dalam acara penutupan BIFSS di Jero Tumbuk, Desa Selat, Kecamatan Selat, Karangasem, Senin 13/12/2012. Dalam acara penutupan BIFSS 2021 di Karangasem, Senin 13/12/2021, Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa menyatakan, subak mencerminkan nilai kearifan lokal Bali. Artha Dipa mengakui, keberadaan subak mengalami keterancaman, di antaranya terjadinya alih fungsi lahan sawah, ancaman gagal panen akibat serangan hama ataupun bencana alam, dan minimnya regenerasi juga Keberadaan Subak Bali Harus Dipertahankan”Peran aktif dari generasi muda diperlukan demi mempertahankan subak,” kata Artha Dipa ketika memberikan pidato sambutannya dalam acara penutupan BIFSS 2021.”Saya menyambut baik kegiatan Bali International Field School for Subak di Karangasem. Kegiatan ini akan memberi pengalaman baru dan pengenalan terhadap subak,” Kepala BIFSS 2021, yang juga Ketua Dewan Pimpinan BPPI, Catrini Pratihari Kubontubuh, BIFSS yang diinisasi mulai 2015 diadakan dengan tujuan memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai subak. Peserta dikenalkan dengan subak melalui pemaparan para ahli dan pengalaman langsung di lapangan sehingga memahami konsep subak sebagai manifestasi nilai Tri Hita lanjut, Artha Dipa menyatakan subak penting dilestarikan. Selain karena mengandung nilai budaya, tradisi, dan adat, subak juga penting demi menjamin ketahanan pangan karena pertanian merupakan sumber produksi pangan. ”Ke depannya, subak memerlukan pengembangan teknologi, tetapi tanpa menghilangkan roh subak sebagai kearifan lokal Bali,” Sri Kumoro Petani beraktivitas di sawah berundak dengan sitem pengairan subak di Tegalalang, Ubud, Bali.
BAHANAJAR BUDAYA NUSANTARA II. PROGRAM DIPLOMA III KEUANGAN. SPESIALISASI KEBENDAHARAAN NEGARA. WORO ARYANDINI DAN TIM. SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA. TAHUN 2011. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas berkah-. Nya sehingga buku Bahan Ajar Jilid II ini dapat diterbitkan. Denpasar - Pemerintah Provinsi Bali mengeluarkan kebijakan membatasi pertemuan yang melibatkan orang banyak. Kebijakan itu diambil setelah satu orang turis meninggal lantaran positif terjangkit Virus Corona. Kebijakan tersebut merupakan salah satu poin yang dihasilkan pada Rapat Koordinasi Rakor Satuan Tugas Satgas Penanggulangan Corona Virus Desease COVID-19 di Provinsi Bali. Satgas yang diketuai Sekda Pemprov Bali Dewa Made Indra itu menggelar rapat koordinasi terkait upaya penanggulangan penyakit yang telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh organisasi kesehatan dunia WHO itu. Rakor yang dilaksanakan di Ruang Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur Bali melibatkan unsur kesehatan, pariwisata, keamanan dan pendidikan. Dalam arahannya, Ketua Satgas COVID-19, Dewa Made Indra meminta jajaran pemerintahan dan aparat keamanan tetap tenang, tak ikut panik dan takut berlebihan. Pariwisata Bali Terancam Ambruk Gara-Gara Virus Corona Stok Masker Langka, Polda Bali Gelar Razia 1 Turis di Bali Positif Corona Meninggal Dunia, 21 Orang Diisolasi "Karena dalam ketenangan, kita dapat bertindak tepat dan rasional," kata Dewa Made Indra, Sabtu 14/3/2020. Selain itu, ia menjelaskan jika satgas diharapkan dapat mengambil langkah yang cepat, terukur dan terkendali dalam penanganan Virus Corona. "Dalam melaksanakan tugas, satgas harus mematuhi protokol yang telah ditetapkan pemerintah yang meliputi lima hal yaitu protokol komunikasi, area pendidikan, area publik dan transportasi, khususnya pintu masuk Indonesia dan protokol kesehatan. Seluruhnya harus bekerja mengacu pada protokol yang ditentukan pusat," pesannya. Sebagai Ketua Satgas COVID-19, Dewa Made Indra menekankan lima hal penting terkait penanganan Virus Corona di Provinsi Bali. Pertama memastikan peningkatan kapasitas penanganan penyakit, khususnya di fasilitas kesehatan, dalam hal ini rumah sakit. "Pastikan fasilitas kesehatan mempunyai kapasitas yang memadai untuk mengantisipasi peningkatan eskalasi penyebaran COVID-19. Pastikan juga memiliki kapasitas ruang isolasi dalam jumlah mencukupi dan standar yang memadai," kata dia. 3) Strategi untuk pengendalian implementasi rencana Pembangunan DPN dan KSPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c dilakukan melalui peningkatan koordinasi antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, pelaku usaha dan masyarakat. DENPASAR - Beras adalah pangan utama bagi penduduk Indonesia, sehingga petani seharusnya memiliki bargaining power dalam pembentukan harga beras. Petani, baik padi atau sawah, merupakan way of life bagi masyarakat Indonesia, dan masyarakat Bali pada khususnya. Subak Pulagan, Desa Tampaksiring Kabupaten Gianyar, sebagai salah satu komponen dari lanskap subak yang ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia WBA. Demikian presentasi promopenda Ni Nyoman Reni Suasih SIP MSi saat menjalani ujian terbuka Program Doktor S3, Program Studi Ilmu Ekonomi, Universitas Udayana di Gedung Lantai III Pascasarjana Universitas Udayana, di Denpasar, Rabu 28/9/2016, yang didampingi promotor Prof Dr Drs Made Kembar Sri Budhi MP dan ko-promotor I, Dr I Nyoman Mahendra Yasa SE MSi dan ko-Promotor II, Dr Ida Ayu Nyoman Saskara SE MSi saat mempresentasikan desertasi yang berjudul Analisis Determinan Kesejahteraan Petani Studi Kasus di Subak Pulagan Desa Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Penelitian ini bertujuan selain untuk syarat program studi S-3, juga mengangkat tentang melestarikan subak sebagai warisan budaya dan kearifan lokal dan bagaimana peran pemerintah, baik swasta maupun daerah, bersama-sama menjaga kearifan lokal yang ada di Gianyar, apalagi subak Pulagan yang sudah dinobatkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Salah satu upaya adalah menjaga segala struktur kearifan lokal dari sinergi inovasi dan teknologi, sehingga kearifan lokal tetap terjaga secara utuh. Ni Nyoman Reni Suasih mengawali karirnya dari pendidikan S1 Jurusan Manajemen Keuangan Daerah, Institut Pemerintahan Dalam Negeri IPDN angkatan 2006-2009 berlanjut ke S2 Magister Ilmu Ekonomi, Universitas Udayana angkatan 2010-2012 dan kini Nyoman Reni Suasih sudah menyelesaikan program studi S3 dengan predikat cumlaude yang dinyatakan langsung oleh ketua Ujian Terbuka Program Pascasarjana Prof Dr Drs Made Kembar Sri Budhi MP. Dengan dinobatkan sebagai lulusan terbaik program Doktor S3 Universitas Udayana, Sekretaris Daerah Gianyar, Drs Ida Bagus Gaga Adisaputra MSi berharap agar Reni mampu mengemban tugas dan mampu memanfaatkan gelarnya sebagai Doktor dan mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat sehingga kearifan lokal tetap terjaga, khususnya subak Pulagan di Daerah Gianyar yang sudah dinobatkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO. Selain itu, Reni yang sudah menyandang gelar Doktor juga berharap peran pemerintah dan masyarakat, khususnya petani, agar mampu bersinergi untuk membangun pertanian secara berkelanjutan, dan perlu adanya komunikasi secara efektif dari pemerintah daerah maupun pusat, agar tetap memperhatikan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal. Sehingga kearifan lokal tidak punah dan sebaiknya peran teknologi dan inovasi yang ditawarkan kepada petani di suatu wilayah agar disesuaikan dengan suatu wilayah dan harus diperlukan sinergisitas dengan kearifan lokal yang disesuaikan dengan budaya di suatu daerah. "Modernisasi tidak bisa berjalan sendiri tanpa adanya kearifan lokal yang merupakan napas dari masyarakat Bali sendiri. Jadi sinergisitas antara teknologi yang inovatif harus disesuaikan dengan kearifan lokal yang ada di masing-masing daerah, khususnya Bali sebagai daerah pariwisata, sehingga kearifan lokal, khususnya subak, bisa bertahan di zaman modernisasi," ujar Dr Ni Nyoman Reni Suasih, SIP MSi usai persidangan. * Info ter-UPDATE tentang BALI, dapat Anda pantau melalui Like fanpage >>> Follow >>>